Indolinear.com, Jakarta - Transformasi digital adalah sebuah keniscayaan. Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia akan melakukan langkah ekstrim itu. Tak terkecuali juga di Indonesia. Namun harus diakui, transformasi digital di negeri ini tak semulus yang dibayangkan. Masih ada tantangan-tantangan yang harus dipecahkan. Apalagi jika tantangan itu terkait pemahaman mengenai transformasi digital itu sendiri.

Menurut Founder sekaligus CEO VibiCloud, Alfonsus Bram, kecenderungan pemahaman mengenai transformasi digital merupakan hal yang paling fundamental. Terus terang perlu diakui bahwa pemahaman yang paling menghambat itu adalah soal keamanan data. Tak sedikit yang masih meragukan hal itu ketika seluruh data-datanya diletakan di sistem cloud.

"Tantangan utamanya ada di sisi awareness. Itu yang paling menghambat dan butuh edukasi. Apalagi perusahaan masih belum aware soal keamanan data di cloud," ujarnya kepada Merdeka.com usai acara kerja sama VibiCloud, Hypernet, dan Microsoft.

Keamanan data di cloud itu, Ia menganalogikannya seperti menyimpan uang di bank. Keamanannya dipastikan terjamin. Berbeda bila segepok uang itu diletakkan di rumah. Merasa aman, namun kejadian yang tak disangka terjadi, misalnya saja kebakaran. Alhasil, uang yang diletakan di rumah turut menjadi abu. Kerugiannya pun jika dihitung semakin membengkak. Nah, keamanan data di cloud serupa dengan konsep menaruh uang di bank itu.

"Terlebih data itu juga bisa diakses di mana saja bila kita menggunakan cloud," ungkap dia.

Di sisi lain, lamanya implementasi transformasi digital juga tak bisa dilepaskan dari soal infrastruktur internet. Koneksi internet yang mendukung, juga memengaruhi kinerja cloud itu sendiri. Sebagai negara kepulauan, ini memang sulit.

"Makanya ada palapa ring. Kita harapkan bisa menjadi solusi infrastruktur internet," kata Sudianto Oei selaku Founder dan CEO Hypernet.

Meski sisi awareness dan infrastruktur menjadi tantangan, nyatanya bisnis cloud ini terus tumbuh dari tahun ke tahun. Apalagi saat akhir tahun 2015. Di penghujung tahun itu, bisa dikatakan bisnis cloud mulai menunjukan tajinya. Beberapa perusahaan mulai pelan-pelan melakukan transformasi digital yang tak bisa dilepaskan dari penggunaan sistem cloud.

"Pertumbuhan bisnisnya double dari tahun ke tahun. Pemicunya, saat ada perusahaan yang melakukan transformasi digital, beberapa perusahaan lain juga mengikuti jejaknya. Hasilnya jika dari sisi investasi pun cenderung murah karena makin banyak yang melakukan transformasi digital," kata Bram.

Bram juga memprediksikan booming bisnis yang dilakoninya itu, akan terjadi di sekitaran tahun 2018 dan 2019. Nantinya diperkiraan tahun itu, banyak perusahaan yang akan berlomba-lomba untuk melakukan transformasi digital. Hal tersebut karena kebutuhan dan tuntutan perubahan. (Uli)