Indolinear.com, Jakarta - Pemerintah sudah menargetkan, jika 20 persen dari penjualan mobil di 2025 harus mobil listrik. Bahkan, peraturan terkait hal tersebut, sudah tertuang di Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 2 Tahun 2017, tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), dan siap disahkan Presiden Joko Widodo, beberapa waktu mendatang.

Dengan adanya target tersebut, lalu bagaimana nasib pabrikan otomotif yang sudah melakukan investasi besar untuk produksi mobil dengan mesin konvensional, seperti Toyota?

Dijelaskan Executive GM PT Toyota Astra Motor (TAM), Fransiscus Soerjopronoto, 80 persen mobil dengan mesin konvensional tetap ada, jadi produsen bakal membangun hibrida dan listrik. Sementara itu, untuk mobil konvensional nantinya bakal adu teknologi.

"Untuk mesin konvensional, ada VVTi, turbocharger, dan lain-lain. Itu akan jadi salah satu pertarungan menarik secara teknis, karena tujuannya tetap efisiensi bahan bakar," jelas pria yang akrab disapa Soerjo di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Lanjut Soerjo, dengan begitu kerja sama antara Toyota dan Daihatsu memang memiliki tujuan ke arah tersebut. Bagaimana menciptakan kendaraan, tapi dengan efisiensi bahan bakar yang lebih baik.

"Sebetulnya, bagaimana kombinasi teknologi Daihatsu dan Toyota supaya bisa mempertahankan mobil kompak. Jadi, di negara berkembang itu kita punya mobil kompak dengan efisiensi bahan bakar yang baik," pungkasnya. (Uli)