Indolinear.com, Tokyo - Dunia otomotif sudah berada di dalam era elektrifikasi. Tercermin di Tokyo Motor Show 2017, hampir seluruh pabrikan menampilkan mobil atau motor listrik.

Mobil listrik sendiri sudah ada di masa awal sejarah otomotif dunia. Penemu asal Skotlandia, Robert Anderson menciptakan gerobak listrik pertama yang ditenagai baterai.

Bergulir hingga sekarang di mana teknologi berkembang pesat dan upaya pengurangan emisi dari energi fosil semakin diperketat, kendaraan listrik langsung jadi bintang. Lantas semudah itukah mobil listrik menggantikan mobil bermesin konvensional yang telah ada?

Tampaknya tidak semudah yang dibayangkan. "Yang penting skala ekonominya tercapai," ujar Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono saat berjumpa jurnalis nasional di Tokyo, Jepang.

Untuk merealisasikannya, ada empat pilar yang harus dipenuhi. Menurut Warih, keempatnya akan saling mendukung. Pertama, penciptaan pasar. "Masyarakat harus suka dulu dengan kendaraan listrik," jelas Warih.

Para pemangku kepentingan seperti kalangan industri dan pemerintah harus mengedukasi masyarakat agar mau menggunakan EV (electric vehicle). Mulai dari yang sederhana dulu.

"Penciptaan pasar bisa dilakukan dengan mendirikan kota edukasi, seperti yang dilakukan Jepang. Konkretnya, bisa saja kendaraan yang beroperasi di Bandara Soekarno Hatta harus EV. Hal ini akan membuat banyak orang merasakan sensasi EV," tambahnya.

Yang kedua adalah dukungan regulasi dari pemerintah. Ketiga industri yang siap memproduksi mobil listrik sesuai kebutuhan. Dan terakhir menyangkut layanan purna jual yang diberikan dealer. "Dealer harus berani memberikan garansi bila mobil rusak," tegas Warih. (Uli)