Indolinear.com, Bengkulu - Indonesia sudah menjadi net importir minyak untuk memenuhi kebutuhan energi di kehidupan sehari–hari. Hal ini dinyatakan berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi (SKK Migas). Bahkan pada tahun 2025 mendatang, Indonesia akan menjadi negara importir gas.

Kondisi ini mengharuskan pemerintah mengembangkan energi terbarukan seperti energi panas bumi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam beberapa tahun kedepan.

Tantangan itu tampaknya akan terjawab di Kabupaten Lebong. Kehadiran PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang tersebar dibeberapa Kecamatan, seperti PT PGE Proyek Hulu Lais, PT PGE Bukit Daun di Kecamatan Rimbo Pengadang dan PT PGE yang berada di lokasi Tambang Sawah disebut akan menjadi pusat penyuplai energi terbesar untuk Provinsi Bengkulu.

Pimpinan Proyek (Pimpro) PT PGE Hulu Lais, Hasan Basri mengungkapkan, pada pertengahan tahun 2020 mendatang, rencananya PT PGE Hulu Lais bekerja sama dengan PT PLN untuk produksi Pembakitan Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 2x55 megawatt.

"PT PGE Hulu berpotensi menghasilkan cadangan listrik mencapai 250 megawatt. Nanti Kabupaten Lebong diprediksi akan menjadi penyuplai energi terbesar di Bengkulu," kata Hasan .

Sementara itu, 2 wilayah di Kecamatan lainnya masih dalam tahap eksplorasi untuk memperkirakan besarnya cadangan panas bumi yang dihasilkan. Menurut Hasan, dalam beberapa tahun kedepan daerah yang pada umumnya tidak memiliki ketahanan energi akan sulit bersaing dan sulit maju secara ekonomi.

Walaupun PGE Hulu Lais yang berada di Lebong belum berproduksi, namun pada tahun 2020, kata Hasan, di wilayah Lebong sudah dapat dikembangkan energi terbaru seperti di wilayah Sumatera lainnya.

"Seperti di Ulu Belu, Provinsi lampung telah berhasil menyuplai listrik sekitar 4x55 megawatt," ungkapnya.

Dengan menyuplai energi 2X55 megawatt dr PT PGE Hulu Lais, lumbung energi yang berasal dari Lebong mampu mengaliri listrik lebih dari 150.000 rumah atau setara dengan kebutuhan listrik 1 juta penduduk Provinsi Bengkulu maupun pulau Sumatera sendiri.

"Makanya energi itu nantinya bisa disuplai masyarakat sampai dengan 30 tahun sejak dilakukan produksi. Sama seperti perusahaan geothermal di pulau jawa, telah berproduksi lebih dari 40 tahun sampai sekarang ini. Termasuk di negara–negara eropa lainnya yang telah memproduksi sudah hampir satu abad," pungkasnya.

Sementara itu, untuk teknis penyuplaian antara PT PGE dan PLN ke masyarakat sendiri nantinya dengan 2 opsi, yakni  Perjanjian Jual Beli Uap (PJBU) artinya PT PGE menjual uap kepada PLN dan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) dimana pertamina menjual listrik kepada PLN.

"Artinya, PGE sendiri hanya sebatas Penyuplai uap, sedangkan PLN mendirikan pembangkit listriknya," ucapnya.

Ditambahkan Hasan, keunggulan lain yang di miliki PT PGE Hulu Lais saat produksi nantinya adalah energi panas bumi tersebut tidak bisa di jual kenegara lain seperti pemasokan energi minyak bumi yang di lakukan perusahaan–perusahaan besar lainnya. (Gie)