Indolinear.com, Yaman – Perang menimbulkan kelaparan dan penyakit yang menghantui yang hidup, namun tidak hanya yang hidup, bahkan yang mati pun tak terhindarkan dari petaka perang saudara Yaman, yang telah berlangsung dua tahun.

Mumi kuno perlahan rusak di museum utama, yang kekurangan listrik dan bahan kimia pengawet dari luar negeri, tanda bahwa perang tersebut tidak hanya merugikan negara itu pada saat ini dan masa depan tapi juga masa lalunya, yang kaya.

Puluhan mumi itu tersimpan melengkung dalam posisi janin atau terbungkus di keranjang, yang berasal dari peradaban pagan, yang hilang, sekitar 2,5 ribu tahun lalu, jauh sebelum kemunculan Islam.

Mumi itu terbaring dalam panel kaca di departemen arkeologi di universitas utama ibukota Sanaa, mungkin menghabiskan tidur abadi mereka tanpa sadar akan pesawat tempur lalu lalang menghujani tanah air mereka.

Persekutuan militer dipimpin Arab Saudi melakukan ribuan serangan udara dalam upaya menyingkirkan gerakan bersenjata Houthi di Yaman dari ibu kota perang tersebut, yang telah menewaskan setidak-tidaknya 10.000 orang dan menciptakan bencana kemanusiaan.

Tapi, musuh abadi, didukung kekacauan perang, mengancam istirahat para mumi.

"Mumi itu sudah mulai membusuk dan terinfeksi bakteri. Ini karena kami tidak memiliki listrik dan mesin yang seharusnya menjaga mereka," kata Abdelrahman Al-Gar, kepala departemen barang kuno universitas itu, dikutip dari Aktualcom, Selasa (14/11/17).

"Kami membutuhkan beberapa bahan kimia untuk membersihkan mumi setiap enam bulan, dan bahan itu tidak tersedia karena situasi politik," katanya.

Pemadaman listrik terjadi di Sanaa, menghilangkan kelembapan yang membantu melestarikan "Hall of Mummies" atau seluruh mumi. Pendanaan untuk badan pemerintah seperti universitas telah tersendat akibat pertikaian antara pihak-pihak yang berseteru dengan Yaman untuk mengendalikan bank sentral.

Pakar purbakala meminta perhatian universitas dan kementerian budaya untuk pendanaan dan peralatan guna mengatasi mikroba yang merusak mumi.

Tapi, penutupan bandara Sanaa oleh koalisi dan blokade hampir menyeluruh di pelabuhan kunci di Laut Merah -yang bertujuan menghentikan pengiriman senjata- mengurangi impor barang khusus, seperti, bahan kimia, yang dibutuhkan untuk menangkal ancaman mikroskopik.

Sheba dan kerajaan lain Yaman pernah memiliki kisah dan legenda, yang dibawa kafilah gurun untuk mengharumkan kuil di Tanah Suci dan Roma kuno.

Peperangan modern merusak warisan budaya penting. Serangan udara merusak menara abad pertengahan di kota tua Sanaa, masjid abad pertengahan dan benteng Usmaniyah.

Petempur Al Qaeda mengebom kuil sufi dan menyerang kawasan dikuasai suku Houthi serta mengakibatkan masyarakat Yahudi Yaman, yang berasal dari masa Raja Sulaiman, mengungsi. (Gie)