Indolinear.com, Jakarta - Pada tanggal 5 juni tahun 1967, Israel menyulut perang dengan Mesir. Perang tersebut dikenal dengan nama 'Six Days Wars' atau Perang Enam Hari, sesuai dengan waktu yang dihabiskan dalam keseluruhan perang.

Perang itu telah lama dipicu, sejak 1956, ketika Krisis Terusan Suez terjadi. Pada waktu itu, Israel yang didukung oleh Inggris dan Prancis menyerbu dataran Sinai di Mesir guna memperluas wilayah Israel dan mengambil alih kontrol Terusan Suez dari Mesir.

Penyerbuan 1956 juga dimaksud untuk melengserkan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser dari tampuk kekuasaan.

Ternyata, penyerbuan 1956 itu ditolak oleh PBB, Uni Soviet, dan Amerika Serikat. Ketiga pihak itu meminta Israel, Inggris, dan Prancis untuk menarik pasukannya dari Sinai.

Kemudian, untuk mencegah insiden serupa, PBB membentuk United Nations Emergency Force (UNEF) untuk mengawal perbatasan Israel - Mesir di dataran Sinai.

Sejak 1956 hingga 1967, kerap terjadi konflik perbatasan antara Israel dengan Mesir dan sejumlah negara yang berbagi perbatasan dengan keduanya, seperti Yordania dan Suriah.

Pada 5 Juni 1967, gerah dengan konflik perbatasan dengan Mesir dan juga menanggapi aktivitas gerilya Organisasi Pembebasan Palestina, pasukan Israel menyerbu sebuah wilayah di Tepi Barat Gaza yang dikuasai Yordania.

Penyerbuan itu memicu Perang Enam Hari antara Israel melawan koalisi Mesir - Yordania - Suriah, demikian seperti yang dikutip dari Liputan6.com (15/11/2017).

Tak hanya itu, pada tanggal yang sama, Israel melakukan penyerbuan udara pada sejumlah pangkalan militer Mesir di Sinai. Tindakan itu mengejtkan pihak Mesir yang tidak siap untuk melakukan pertempuran dengan Israel.

Pasukan Israel yang bergerak efisien dan efektif pun turut melibas Suriah dan Yordania. Sejumlah wilayah yang diklaim kedua negara berhasil diduduki oleh Israel yang sejak tahun 1956 menginginkan perluasan wilayah di dataran Laut Merah.

Dalam enam hari pertempuran, Israel menduduki Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai di Mesir, Dataran Tinggi Golan di Suriah, dan Tepi Barat dan sektor Arab di Yerusalem Timur yang keduanya dikuasai oleh Yordania. Pada saat gencatan senjata terjadi pada 10 Juni 1967, wilayah Israel bertambah menjadi dua kali lipat wilayah pra-perang.

Perang itu juga menandai jatuhnya Kota Tua Yerusalem dari Yordania ke tangan Israel.

Dewan Keamanan PBB meminta Israel untuk menarik diri dari wilayah yang diduki. Namun Israel menolak, dan mencaplok Yerusalem Timur secara permanen, serta mendirikan hunian serta pangkalan militer.

Pada 1982, sebagian besar wilayah yang dicaplok Israel pada Perang Enam Hari telah dikembalikan kepada Mesir, Yordania, dan Suriah. Kecuali untuk Yerussalem, menandai konflik berkepanjangan Israel - Palestina hingga sekarang. (Uli)