Indolinear.com, Bogor - Pembangunan  infrastruktur dan juga pemasaran produk kopi Lendong Tanjungsari menjadi harapan besar bagi para petani kopi Robusta Tanjungsari.

Betapa tidak, kopi Lampung yang terkenal dengan robustanya ternyata tak melebihi Bogor dalam penilaian rasa. Kepala Desa Tanjungsari, Didi Rosidi menerangkan, dalam acara kontes kopi nasional, kopi robusta Lendong, Tanjungsari dapat  menandingi kopi Lampung.

Skor nilai dari beberapa juri profesional itu menandakan prodak petani kopi Tanjungsari patut mendapat perhatian lebih dari pemerintah.

"Siapa yang tidak kenal kopi Lampung, nyatanya, penilaian rasa kopi kita bisa menang dan mengalahkan kopi Lampung. Jadi wajar kami minta diperhatikan," tukasnya.

Menurutnya, untuk memaksimalkan prodak kopinya, para petani membutuhkan infrastruktur dan pemasaran. "Kalau jalan menuju gunung diperbarui, para petani semakin mudah melakukan tanam. Terlebih lagi, jika pascaproduksi pemerintah membantu dalam pemasarannya," ungkapnya.

Hal itu dibenarkan oleh  UPT Pertanian, Tatang Mulyadi. Menurutnya, kopi Lendong pernah mendapat skor memuaskan dalam kontes kopi spesial Indonesia ke sembilan  2017 di Grand Sahid Hotel, Oktober lalu. "Skor kita lebih tinggi dari Lampung Barat dan Lampung Timur," tukasnya.

Ia menerangkan, skor kopi Lampung di angka 83,38 dan skor Lampung Timur mencapai angka 84,31. " Meskipun kopi kita masih kalah oleh kopi Tumanggung dan kopi Sumba, tapi kita mengungguli angka kopi Lampung," tukasnya.

Karenanya, Tatang melihat perkembangan kopi Lendong Tanjungsari berpotensi semakin baik. Dengan ditunjang pemasaran dan faktor pendukung lainnya.

"Yang kami upayakan saat ini. Para petani mendapatkan kepastian harga pasar. Sehingga produksi akan diimbangi dengan penjualan yang adil," tuturnya.

Ketentuan harga yang sesuai dengan pasar, menurutnya, dapat menguntungkan petani. Lantaran, hingga saat ini para petani mendapatkan harga yang sangat minim. "Yang kami tahu harganya Rp22 ribu perkilo. Ternyata sangat memungkinkan harga lebih tinggi jika disesuaikan dengan harga pasar," tuturnya.

Karenanya, UPT dan petani kini menjalin kerjasama dengan Asosiasi eksportir kopi Indonesia (AEKi) untuk menyetarakan kualitas kopi Lendong dengan harga yang berlaku. "Setelah kami berkomunikasi dengan AEKI. Ternyata sangat mungkin harga kopi kita tembus ke nilai Rp50 ribu per kilo. Seperti harga pasaran di Jakarta," tuturnya. (Gie)