Indolinear.com, Indiana - Libur panjang ternyata mampu untuk meningkatkan minat seks. Setidaknya itulah yang terungkap dari studi dalam jurnal Scientific Reports berjudul "Human Sexual Cycles are Driven by Culture and Match Collective Moods".

Tim ilmuwan gabungan dari Indiana University, Amerika, dan Instituto Gulbenkian de Ciencia, Portugal, mula-mula melakukan analisis terhadap minat pencarian kata "seks" dari data Google Trends sepanjang 2004-2014 dan data Twitter sepanjang 2010-2014 di seluruh dunia. Mereka menemukan, gairah untuk mencari tahu lebih dalam tentang seks terjadi pada saat perayaan hari-hari besar.

Di negara dengan penduduk mayoritas Kristen dan Katolik, tim mengungkap bahwa pencarian kata "seks" di Internet sangat tinggi pada menjelang Natal, artinya pada Desember. Fakta ini sama ditemukan di negara-negara Australia dan Argentina, yang merayakan Natal pada musim panas.

Sedangkan di negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, pencarian yang sama meningkat setelah perayaan Idul Fitri (bulan Syawal pada kalender Islam). Fakta ini tentu menarik, karena tidak seperti Natal yang hari perayaannya sudah pasti, perayaan Idul Fitri yang berbasis kalender lunar, dirayakan dalam musim yang berbeda tiap tahunnya.

Artinya, ketertarikan seksual meningkat bukan saat musim dingin, seperti yang dipercaya orang selama ini. Anggapan tersebut muncul karena musim dingin akan mendorong orang lebih banyak melakukan hubungan seksual.

"Ketertarikan seks pada waktu-waktu tertentu meningkat akibat kultur masyarakat, bukan secara biologis. Dan umumnya terjadi saat libur panjang," kata Luis Rocha, pemimpin studi yang juga pakar sains kognitif di Indiana, seperti dikutip dari laman kampusnya.

Rocha menekankan, meingkatkan minat terhadap pencarian tentang seks bukan berarti pencarian tersebut berujung pada pencarian konten porno. Sebaliknya, hal-hal yang dicari ialah hal-hal umum, seperti istilah medis dan soal kontrasepsi. Peningkatan minat ini ternyata berkaitan dengan meningkatnya kelahiran pada sembilan bulan setelahnya.

Memang, Rocha dan tim tidak sampai pada analisis kenapa minat terhadap seks dan dorongan seksual muncul selama libur panjang. Namun, mereka juga menemukan bahwa kecenderungan yang sama tidak terjadi pada perayaan besar lainnya, seperti Paskah atau Thanksgiving.

Setidaknya, menurut Rocha dan tim, studi ini bisa jadi acuan untuk kesehatan masyarakat dan kebijakan nantinya. Misalnya, menjadi dasar kampanye pemerintah seputar seks yang aman dalam waktu-waktu tertentu. (Gie)