Indolinear.com, Tangsel – Anggota MPR RI H Ahmad Subadri melaksanakan sosialisasi empat pilar di Tangerang, Banten. Tepatnya di wilayah Kuta Bumi, Kabupaten Tangerang, (16/11/17). Sosialisasi ini dilaksanakan demi mencegah masyarakat tidak salah memahami pemahaman asing yang saat ini mewabah ke Indonesia.

Sosialisasi yang digelar di Aula Kantor kelurahan Kuta Bumi, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang ini dihadiri ratusan warga yang terdiri dari Aparat Pemerintahan Desa, BPD, LPM, tokoh masyarakat, pemuka agama, kader PKK dan Karang Taruna.

"Sosialisasi ini untuk mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terjerumus ke dalam paham asing yang bernilai negatif. Lalu, terus menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945," ujarnya, Kamis, (16/11/17).

"Empat pilar MPR RI ini sebuah benteng bagi kita bangsa Indonesia,  untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman dari dalam mau pun luar. Seperti paham-paham radikal, ekstrim, komunisme, proxy war, narkoba, dan paham lain yang bisa memecah belah bangsa ini," tambah pria yang yang akrab di sapa Haji Badri ini.

Sesuai dengan amanat UU Nomor 17 Tahun 2014 jo. UU Nomor 42 Tahun 2014, ia melanjutkan, pemahaman akan Pancasila sebagai ideologi negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi negara harus ditanamkan. Pasalnya, kebhinekaan yang telah dianugrahkan terhadap bangsa ini merupakan warisan dari leluhur yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

"Tujuan kami (MPR RI-red) memberi sosialisasi seperti ini agar kita dapat menjaga toleransi tinggi, hidup rukun, silih asah, silih asih, silih asuh, saling menghormati dan mengasihi, berprikemanusiaan, taat hukum, membangun persatuan dan kesatuan, gotong royong, demokrasi, saling menghargai perbedaan, serta mendorong terwujudnya keadilan dalam berbagai bidang," ujarnya.

Pancasila sebagai ideologi bisa mengikat bangsa Indonesia yang demikian besar dan majemuk. Pancasila adalah ideologi yang dapat diterima semua paham, golongan, dan kelompok masyarakat di Indonesia. Dalam posisinya, Pancasila merupakan sumber jati diri, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan bangsa.

Ia pun tak lupa berpesan dalam memahami dan mensikapi persoalan-persoalan kebangsaan, tentang kebhinekaan, serta mengantisipasi adanya bibit-bibit yang mengancam kebhinekaan.

"Apabila kita menyadari bahwa kunci dari kebhinekaan adalah bagaimana kita bertoleransi dan tenggang rasa. Bagaimana kita dapat menghargai sesama manusia, agama, suku dan lain-lain", tukasnya.(war)