Indolinear.com, Lebak - Guna meningkatkan kesejahteraan keluarga, Gerakan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Lebak  menggeluti ekonomi kreatif.

"Kita mengapresiasi sekitar 60 persen dari 49.686 unit usaha yang tergabung usaha micro kecil dan menengah (UMKM) adalah pelakunya kaum perempuan," kata Tuti Tuarsih, seorang pengurus GOW Kabupaten Lebak.

Selama ini, kaum perempuan Lebak menggeluti ekonomi kreatif cukup tinggi sehingga bisa memutus mata rantai kemiskinan.

Mereka usaha ekonomi kreatif itu berbagai produk kerajinan mulai aneka makanan camilan juga makanan olahan, kerajinan dompet, tas, bambu, anyaman pandan dan abon ikan. Selain itu juga mereka membuka usaha warung hingga berjualan keliling.

Produk UMKM kaum perempuan juga menebus pasar Supermarket, seperti abon ikan "Bu Bedah" yang dikembangkan di Binuangeun, Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.

Pihaknya terus melakukan pembinaan jiwa kewirausahaan agar kaum perempuan dapat membangkitkan kesejahteraan keluarga.

Selain itu juga pihaknya menjalin kerja sama dengan instansi terkait guna meningkatkan kualitas produk UMKM kaum perempuan itu.

Peningkatan kualitas itu antara lain kemasan, sertifikasi halal, BPOM. Dinkes juga perizinan.

"Kami berharap kaum perempuan memiliki jiwa ekonomi kreatif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga," katanya melansir akurat.co.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Babay mengatakan pemerintah daerah mendorong pelaku UMKM perempuan dapat melahirkan klaster-klaster usaha di masyarakat.

Klaster usaha itu guna mengatasi kemiskinan terstuktur.

Selama ini, kemiskinan di Lebak relatif tinggi karena tidak memiliki pendapatan tetap.

Pihaknya terus melaksanakan pembinaan terhadap pelaku UMKM perempuan guna mendukung program "Lebak Sejahtera" yang digulirkan Bupati Iti Octavia.

"Kami berharap usaha kaum perempuan itu dapat diterima di pasaran dan bisa bersaing," katanya.

Uni (50), seorang warga Kelurahan Rangkasbitung Barat Kabupaten Lebakmengatakan dirinya sejak empat tahun terakhir berjualan keliling setelah suaminya tidak bisa bekerja lagi.

Ia menjual makanan olahan antara lain dadar gulung, roket, uli, goreng pisang, bawan, papais, pais gurih, gandasturi dan gegeplak.

Produksi makanan itu dengan modal sekitar Rp200.000 dan menghasilkan keuntungan Rp70.000 – Rp90.000 per hari.

"Saya kira keuntungan sebesar itu sehingga bisa memutus mata rantai kemiskinan," katanya. (Gie)