Indolinear.com - Pemaksimalan penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi masih terkendala oleh beberapa faktor, termasuk stigma masyarakat soal kondom yang tabu.

Tak cuma itu, adanya anggapan bahwa penggunaan kondom dapat memengaruhi kepuasaan bercinta juga jadi alasan pria malas jadi kondom.

Keengganan pakai kondom ini menyebabkan alat kontrasepsi hormonal seperti suntikan, pil, implan dan intrauterine device (IUD) atau spiral pada wanita, masih jadi pilihan utama pagi suami istri peserta aktif Keluarga Berencana.

'Temuan' ini ternyata berbanding terbalik dengan pendapat dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya, Firman Santoso yang mengungkapkan bahwa kondom adalah alat kontrasepsi non hormonal yang paling minim risiko.

Dia mengungkapkan, kondom adalah alat kontrasepsi yang efektif dan efisien untuk mencegah kehamilan tidak diinginkan. Selain itu, penggunaan kondom juga dapat mencegah penularan penyakit menular seksual (PMS) seperti herpes genital, HIV/AIDS, dan juga infeksi HPV penyebab kanker serviks.

"Tidak ada alat kontrasepsi yang sifatnya seperti kondom. Anda bisa saja pakai kontrasepsi oral seperti pil KB, suntik KB, atau spiral untuk mencegah kehamilan, tapi alat itu tidak bisa mencegah penyakit menular seksual," ujarnya.

Selain itu, penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi, kata Firman, tidak akan memberi efek tertentu pada tubuh. Berbeda dengan penggunaan pil KB atau alat kontrasepsi hormonal lainnya yang saat ini lebih diminati di Indonesia.

"Hormon progesteron pada pil KB itu banyak mengandung mineralokortikoid yang sifatnya menahan air di dalam tubuh. Akibatnya berat badan bertambah dengan drastis. Pada beberapa orang justru jadi penyebab jerawat atau kerontokan pada rambut," kata Firman.

Lebih lanjut Firman menjelaskan, penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi juga tidak memengaruhi kesuburan seseorang. Artinya, saat memilih pakai suntik KB, secara otomatis harus diulangi tiap tiga bulan sekali untuk mencegah kehamilan. Saat tiba saatnya ingin memiliki momongan, Anda harus menunggu beberapa bulan terlebih dulu sampai efek hormonalnya benar-benar hilang.

"Kalau menggunakan kondom kan tidak perlu. Kondom juga sangat mudah didapatkan, di minimarket sudah dapat ditemukan. Harganya jauh lebih murah daripada penggunaan alat kontrasepsi hormonal," tambahnya dikutip dari cnnindonesia.com, Minggu (29/4/2018).

Sejauh ini, menurut data BKKBN, penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi di Indonesia masih berkisar 3,15 persen dari keseluruhan peserta aktif KB.

Sebesar 47,54 persen masih memilih penggunaan suntikan. Sementara 23,58 persen peserta aktif KB memilik mengonsumsi pil KB. Lalu 11,07 persen memilih menggunakan spiral, 10,46 persen menggunakan implan, dan 4,21 persen lainnya memilih menjalani tubektomi atau vasektomi. (Gie)