Indolinear.com, Batang - Para pelaku seni terutama seni tari, menganggap Pemkab Batang kurang serius menangani geliat sektor ini di wilayahnya.

Pasalnya beberapa sanggar tari yang ada di Kabupetan Batang menerangkan pengembangan kegiatan seni budaya terutama seni tradisi atau seni pertunjukan tari hanya hingar-bingar belaka.

Seperti yang diterangkan oleh Berta Afin Prastika (26) yang memiliki sanggar tari Prastika Asmara di Kecamatan Subah Kabupaten Batang.

"Geliat seni budaya bagaimana mau maju kalau hanya setengah-setengah bagaikan mendoan makanan khas Purwokerto yang matang separuh," ujarnya saat ditemui Tribunjateng.com di sanggarnya.

Ia menambahkan, seharusnya ada tindakan nyata untuk mengembangkan seni budaya dengan adanya kegiatan yang berkesinambungan.

"Kami pelaku seni siap mendukung pengembangan pariwisata ataupun kesenian yang ada di Kabupaten Batang, namun kami juga perlu diberikan wadah jangan hanya saat momen-momen tertentu," tandasnya.

Berta menuturkan, kalau tidak ada yang menjaga kesenian lokal generasi penerus tidak akan mau belajar dan ikut melestaraikan.

"Sekarang ongkos grup akustik atau dangdut lebih besar dan masyarakat ataupun pemerintah mampu membayar, namun untuk grup tari dengan personil 30 orang hanya dibayar Rp 1,5 juta, bagaimana akan berkembang," bebernya.

Sementara itu Sri Handayani (54) satu di antara pelaku tari yang sudah puluhan tahun mengajar tari menambahkan, peran semua pihak sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan kesenian di Kabupaten Batang.

"Memang benar generasi pemuda semakin ke sini semakin meninggalkan tari, dan lebih memilih untuk belajar kesenian dari luar," katanya.

Pihaknya meminta kepada pemkab setempat untuk ikut terus mengawal geliat seni budaya jika tidak ingin hilang.

"Dengan adanya gerakan dari tingkat bawah seperti pagelaran di desa-desa, pastinya akan lebih mengena ke masyarakat," ujarnya dikutip dari Tribunnews.com, Rabu (25/4/2018).