Indolinear.com, Port-au-Prince - Tepat 13 tahun yang lalu, yakni tanggal 23 September 2004, Badai Jeanne menerjang Haiti. Ribuan nyawa melayang dalam peristiwa tersebut.

Beberapa hari sebelumnya, Badai Ivan menerjang wilayah tersebut. Jeanne, hanyalah satu dari serangkaian badai yang menerjang Haiti pada 'musim badai' 2004.

Badai Jeanne pertama kali terbentuk pada 13 September di pantai barat Afrika. Saat bergerak perlahan menyeberang Atlantik, kekuatannya semakin hebat dan mencapai kategori dua saat tiba di Haiti.

Hujan lebat yang dipicu oleh Badai Jeanne lebih merusak dibanding angin yang menerjang kawasan itu. Ketika bendungan di Sungai Peligre jebol, banjir bandang dengan seketika menyapu sejumlah desa dan menghanyutkan ratusan jiwa.

Seorang guru bernama Jean-Baptiste Agilus, melaporkan bahwa banjir benar-benar menenggelamkan sejumlah rumah di daerah sekitarnya.

"Banjir dengan segera menenggelamkan rumah-rumah di daerah sekitarku. Banjir itu merusak segalanya," ujar korban bernama Agilus seperti dilansir dari Liputan6.com (05/07/2018).

Sebuah kota pelabuhan di mana warga Haiti mendeklarasikan kemerdekaannya dari Prancis pada 1804, Gonaives, menjadi wilayah yang paling terdampak Badai Jeanne.

Total, terdapat 3.000 orang yang tewas akibat badai tersebut. Ratusan orang lainnya dilaporkan hilang dan tak pernah ditemukan.

Diperkirakan 250.000 dari delapan juta warga Haiti harus kehilangan rumah akibat Badai Jeanne. Republik Dominika dan Puerto Rico juga terdampak badai tersebut. Namun, kerusakannya tak separah dengan apa yang dirasakan warga Haiti.

Badai Jeanne kemudian bergerak meninggalkan Haiti dan tiba di ujung utara Bahama. Untungnya, penduduk di sana dapat dievakuasi tepat waktu.

Perjalanan Jeanne berakhir saat membentur pantai tengah Florida. Di sana orang-orang telah mempersiapkan dirinya lebih baik -- mengingat Jeanne adalah badai keempat yang menerjang wilayah tersebut pada 2004, setelah Charles, Frances, dan Ivan. (Uli)