Indolinear.com, Sulut - Pengalaman yangmengerikan dialami pemuda asal Desa Wori, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Aldi Novel Adilang, 19 tahun. Dia sendirian terombang-ambing di lautan berbulan-bulan lamanya.

Berdasarkan informasi yang diunggah di akun Facebook Eris Riswandi, Aldi adakah penjaga lampu di pompong (rakit gubuk). Dia sempat dinyatakan hilang di Perairan Manado pada 14 Juli lalu.

Rompong Aldi dilengkapi beberapa peralatan seperti tabung gas, generator, Handy Talkie (HT), lampu. Juga ada tenaga surya antena, baju, beras dan peralatan dapur, dilansir dari Dream.co.id (25/09/2018).

Di pertengahan Juli, Aldi melaut menggunakan rompong itu untuk menangkap ikan di Pulau Doi, Ternate. Angin kencang membuat rakit Aldi bergesekan dengan rakit temannya hingga lepas.

Aldi pun terbawa arus angin menjauh dari daratan. Dia sempat meminta bantuan lewat HT dan ditangkap sejumlah kapal penangkap ikan.

Mereka pun mencari rompong Aldi, namun sia-sia. Saat itulah Aldi dinyatakan hilang.

Pengalaman Mencekam di Tengah Laut

Di tengah lautan, Aldi mencoba meminta bantuan kepada setiap kapal yang melintas. Sayangnya tidak ada jawaban dari para awak kapal tersebut.

Aldi pun bertahan dengan peralatan seadanya. Dia terkadang makan ikan mentah, minum air laut, membuat api dari potongan ranting kayu, bahkan sampai diburu ikan buas.

Dia pernah melihat sirip hiu di atas permukaan air laut. Hiu itu berputar-putar mengeliling rompongnya. Pernah pula melihat ikan berukuran sangat besar, namun dia tidak tahu ikan apa itu.

Tidurnya tidak enak. Hanya setengah jam sehari. Itupun tak pernah lelap. Dalam benaknya hanya ada harapan muncul pertolongan dari kapal yang melintas.

Diselamatkan Kapal Berbendera Panama

46 hari terombang-ambing dan berada di Perairan Guam, Aldi mencoba mencari bantuan lewat HT. 'Help', kata yang dia ucapkan.

Gelombang HT itu rupanya tertangkap oleh kapal berbendera Panama, MV Arpegio, dikemudikan oleh ABK Filipina. Kapal yang sudah berlayat sejauh 1 mil itu berbalik arah menuju sumber gelombang.

Awalnya, sang kapten bingung dengan adanya sinyal radio kecil di tengah lautan. Sempat memeriksa ke bentangan lautan, sang kapten dibuat kaget dengan rompong kecil yang dinaiki Aldi.

Seketika, awak kapal itu berusaha menolong Aldi. Pemuda itu langsung dinaikkan ke kapal dan dirawat. Sang kapten sempat berbincang dengan Aldi mengenai bagaimana pemuda itu bisa di tengah lautan.

Berlabuh di Jepang

Keesokan harinya, sang kapten menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Jepang dan menjelaskan apa yang dialami Aldi. Empat hari setelah itu, Kedubes RI meminta izin Pemerintah Jepang agar Aldi dan kapten kapal tersebut bisa berlabuh.

Kapal bersandar pada 6 September 2018 dan Aldi dijemput Konsulat Jenderal RI Osaka di Tokuyama, Prefektur Yamaguchi, Jepang. Sementara otoritas imigrasi Jepang segera mengurus izin kepulangan Aldi ke Tanah Air.

Selama di Jepang, Aldi mendapatkan fasilitas kesehatan penuh. Mereka ingin memastikan kondisi fisik pemuda itu dalam keadaan prima.

Pada 8 September, KJRI Osaka mendampingi Aldi pulang ke Tanah Air menggunakan maskapai nasional Garuda Indonesia. Kini Aldi telah kembali berkumpul bersama keluarganya. (Uli)