Indolinear.com, Islamabad - Tepat 29 tahun lalu, Benazir Bhutto terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan. Hal itu terjadi setelah dirinya meraih kemenangan dalam pemilihan umum yang diadakan pada 16 November 1988.

Seperti dilansir dari Liputan6.com (19/10/2018), hasil tersebut membuat Benazir menjadi wanita pertama yang memimpin sebuah negara muslim.

Benazir sendiri adalah putri dari mantan pemimpin Pakistan, Zulfikar Ali Bhutto. Zulfikar diangkat menjadi presiden pada 1971 untuk menggantikan posisi Yahya Khan yang mengundurkan diri.

Zulfikar kemudian berkuasa di Islamabad selama dua periode, yakni pada 1971-1974 dan 1974-1977.

Pada pemilihan 1977, Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang diusungnya kembali memenangkan suara. Namun sayang, kemenangannya itu dikudeta oleh pihak militer, yang kelak mengangkat Jenderal Mohammed Zia-ul-Haq sebagai Presiden.

Setelah sang ayah disingkirkan, Benazir menjalani masa penahanan rumah selama tujuh tahun. Ia baru dapat keluar pada 1984, dan segera melarikan diri ke Inggris.

Di tanah Britania Raya, ia diberi jabatan sebagai ketua PPP demi meneruskan perjuangan ayahnya.

Pada 1988, kekuasaan Presiden Zia yang telah berjalan selama 11 tahun berakhir, setelah dirinya bersama Duta Besar Amerika Serikat untuk Pakistan tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat misterius. Benazir segera dipanggil ke Pakistan untuk berkampanye mengikuti pemilihan terbuka.

Pada pemilihan yang diselenggarakan 16 November 1988, Benazir beserta partainya memenangkan suara mayoritas di Majelis Nasional. Pemilihan itu juga turut menyebabkan pergantian posisi kepala negara, dari presiden menjadi perdana menteri.

Benazir secara resmi dilantik menjadi Perdana Menteri Pakistan pada 1 Desember 1988.

Ia menjalani masa pemerintahan pertamanya hingga 1990. Benazir kembali terpilih pada pemilihan 1993, membuatnya berkuasa untuk periode 1993-1996. (Uli)