Oleh : MOH ALI FADILLAH

Di sini pula, tidak dapat disangkal, era Kemerdekaan telah memberi bobot tersendiri bagi pembentukan negara bangsa, dan akan terus mewarnai budaya antar-etnik dalam wadah Provinsi Banten yang mencakup wilayah bekas Keresidenan Banten.

Pastilah pengalaman sejarah itu masih hidup dalam kenangan dan terpelihara dalam ingatan kolektif orang Banten sekarang. Jika colective memory selalu menjadi referensi identitas masyarakat modern, bukankah sekarang penting artinya membangkitkan kesadaran sejarah bagi peningkatan kualitas hidup orang Banten.

Dari sinilah raison d'ĂȘtre Banten. Alasan keberadaan mestinya bermula. Namun semua kepentingan itu akan terpulang kembali kepada kita, para pengambil keputusan, kalangan teknokrat dan juga para pelaku ekonomi yang tiada henti melakukan aktivitasnya.

Kepada kitalah pada akhirnya Banten akan menuntut tanggung jawab, mampukah kita memanfaatkan warisan Banten itu sambil terus memelihara dan mengembangkannya bagi keperluan intragenerasi ataupun antargenerasi.

Perjalanan menapaki warisan alam dan budaya, semestinya tidak berhenti pada daya tarik sesaat, pada berbagai reportase jurnalistik dan untaian kata puitis sang pujangga, atau pada keagungan citra fotografis.

Perjalanan mestinya menstimulan perenungan, pemikiran dan tindakan untuk tetap menggelorakan pelestarian, karena di dalam konsep pelestarian terkandung resonansi pengembangan segala sumberdaya, yang meniscayakan keseimbangan harmonis antara alam, masyarakat dan Sang Pencipta.

Perjalanan, dari prospektif ini, menjadi pijakan pertama bagi pencerahan. Maka tak ada salahnya kita bercermin pada keberhasilan Eropa keluar dari zaman kegelapan, dengan diawali minat besar pada pengkajian elemen-elemen modernitas pada Kebudayaan Yunani, Romawi dan dunia Islam.

Lantas, mengapa tidak, semangat renaisans itu dimulai dengan langkah-langkah kecil; mengenali segala potensi Banten, "tanah titipan". Banten adalah warisan kita. Sudah tentu warisan dunia juga.

*Penulis Adalah Anggota Banten Heritage