Indolinear.com, Kota Tangerang - Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang memerintahkan kepada para alumni untuk mengayomi para adik kelasnya di sekolah dulu mereka mengemban ilmu.

Hal tersebut guna mencegah tindakan anarkis yang belakangan ini terjadi di wilayah Kota Tangerang.

Bahkan, pada hari Rabu (29/8/2018), aksi kekerasan antar pelajar itu nyaris terjadi di dua lokasi sekaligus di wilayah Cipondoh dan Jatiuwung.

Dari dua lokasi tawuran tersebut, polisi pun menggelandang 93 pelajar, dua diantaranya berinisial MF (17) dan FA (17) bahkan kedapatan membawa senjata tajam, dilansir dari Tribunnews.com (01/09/2018).

Dua pelajar tersebut merupakan pelajar di SMK yang berkawasan di Pinang dan diamankan petugas dari Polsek Cipondoh berikut barang bukti senjata tajam jenis celurit dan gergaji.

Keduanya ditangkap polisi saat sedang melakukan tawuran dengan sekolah lain di Jalan KH Hasyim Ashari, Cipondoh, Kota Tangerang dekat Hotel Narita.

Sedangkan, 91 pelajar lainnya diamankan polisi ditempat berbeda yaitu di Jalan Gatot Subroto, Jatiuwung, Kota Tangerang, saat gagal melancarkan aksinya di Balaraja menurut Kapolsek Jatiuwung, Kompol Eliantoro Jalmaf.

Meski polisi tidak menemukan senjata tajam dari pelajar gabungan yang berasal dari SMK 4, SMK 2 dan SMK 68 Yuppentek Tangerang.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Abduh Surahman mengatakan merasa tidak kaget saat mendengar 91 pelajar ini berasal ketiga sekolah tersebut.

Pasalnya, memang ketiga sekolah yang berlokasj di Jalan Veteran, Kota Tangerang ini menjadi sorotan lantaran sering melakukan tawuran dengan sekolah lain.

Menurut Abduh, ketiga sekolah tersebut mempunyai dendam lama dengan sekolah yang sering menjadi lawannya yaitu SMK PGRI 2 Tangerang.

Ia menuturkan untuk menghilangkan rasa dendam yang telah menjadi warisan para senior dari pelajar ini dengan cara musyawarah.

"Kita kan punya tim saber anti tawuran, saya juga termasuk di anggotanya. Kita beruntung bisa mencegah mereka dan ini lagi-lagi anak-anak dari sekolah ini yang melakukan. Harus ada ngobrol bersama antara alumni, anak sekolah, dan guru yang terlibat di dalam konsep itu," kata Abduh saat dikonfirmasi di Kabupaten Tangerang.

Namun, ia menuturkan, pembinaan terhadap SMK di Kota Tangerang adalah tanggungjawab Provinsi Banten, bukan Pemkot Tangerang.

Karena lokasi sekolah tersebut berada di Kota Tangerang, sejumlah pihak di Lofa Tangerang pun turut bertanggungjawab.

"Kebetulan mereka kan SMK yang diluar wilayah dinas kami. Tapi tetap jadi tanggungjawab tim saber," jelasnya.

Abduh menambahkan bahwa untuk mengantisipasi terjadinya tawuran di Kota Tangerang ini khususnya di tingkat SMP dengan cara pembentukan karakter.

"Alhamdulillah SMP tidak tawuran. Antisipasinya pembentukan karakter kita kuatkan karena dengan cara itu kita bisa cegah tawuran," tutup dia. (Uli)