Indolinear.com, Kobe - Ratusan orang dilaporkan tewas dan ribuan lainnya terluka setelah gempa kuat mengguncang Jepang pada tanggal 17 Januari 1995 saat fajar.

Gempa terkuat dirasakan oleh penduduk Kobe, sebuah kota pelabuhan berpenduduk 1,5 juta. Sejumlah bangunan, blok apartemen, dan jalan layang runtuh. Di sana 200 orang dikabarkan tewas dan melukai 13.000 lainnya.

Osaka dan Kyoto juga mengalami kerusakan parah.

Gempa berkekuatan 7,2 skala Richter itu merupakan yang terbesar yang melanda Jepang selama 47 tahun. Para ilmuwan mengatakan, pusat gempa berada pada 24 km di selatan pulau Awajisima atau sekita 32 kilometer dari Kobe.

Gempa yang melanda pada pukul 5.46 pagi itu bertepatan dengan para komuter yang sedang berangkat ke tempat kerja. Demikian dilansir dari Liputan6.com (08/02/2019).

Stasiun televisi nasional NHK menyiarkan kondisi kota Kobe yang hancur, dengan asap mengepul di sebagian besar kota.

Ratusan orang juga dilaporkan terjebak di bawah reruntuhan bangunan. Pipa gas dan air yang rusak turut menghambat upaya penyelamatan.

Laporan mengatakan, setidaknya dua orang tewas ketika jalan layang Hashin yang menghubungkan Osaka dan Kobe runtuh di tiga bagian. Perisitwa itu membuat 50 mobil terlempar ke tepi jalan dan membuat sebuah bus tergantung di ujung jalan yang rusak.

Kereta turut tergelincir dan terjadi pemadaman listrik di sejumlah daerah. Hal itu membuat satu juta orang terpaksa tak teraliri listrik.

Sejumlah saksi mata mengatakan bahwa guncangan mengerikan itu berlangsung selama sekitar 20 detik dan diikuti beberapa gempa susulan.

Wartawan Inggris, Dennis Kessler mendeksripsikan bahwa saat ia terbangun, ia mendengar deru suara nyaring dan merasakan lantai dua bangunan bergerak seperti pendulum.

"Setiap benda di kamar kami terbang," ujar Kessler kepada suarat kabar Evening Standard.

"Dinding dan langit-langitnya bergerak dan berderit, seluruh ruangan bergerak dan bak dibuat dari jeli," imbuh dia.

Perdana Menteri Jepang kala itu, Tomiichi Muruyama, telah memerintahkan pembentukan sebuah komite darurat untuk menangani dampak gempa dan mengirim pasukan untuk membantu operasi penyelamatan. (Uli)