Indolinear.com, Jakarta - Ada pemandangan menarik saat pelaksanaan Jalan Salib dalam Jumat Agung di Gereja Katedral, Jakarta Pusat. Terlihat sosok pria berpakaian hitam yang menerjemahkan visualisasi Jalan Salib. Gerakannya yang luwes menjadi pusat paguyuban tuna rungu Katholik (Paturka) yang ikut serta dalam perayaan Jumat Agung. Pria itu bernama Frans Dwi.
Frans Dwi mengaku sudah mulai tahun 2002 menjadi sukarelawan penerjemah di gereja. Namun, untuk di Gereja Katedral lelaki asal Bekasi ini mengaku baru pada difasilitasi mulai tahun 2014.
Dia menceritakan ketika kuliah bersama temannya sering ikut serta dalam kegiatan sosial sebagai pendamping disabilitas. Frans mengatakan berusaha belajar huruf braille dan bahasa isyarat.
"Tetapi lebih banyak yang dibutuhkan adalah bahasa isyaratnya sampai sekarang," kata Frans di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, dilansir dari Merdeka.com (17/02/2019).
Pria berumur 37 tahun itu beralasan ingin memberikan aksesibilitas kepada teman-teman difabel khususnya tuna rungu. Sehingga mereka dapat mendapatkan hak yang sama saat menjalankan ibadah.
Seperti halnya di Gereja, saat seorang pastur memberikan khotbah dia menyebut kaum difabel tuna rungu akan merasa kesulitan menerima maksud yang disampaikan.
"Saya rasa teman-teman tuna rungu yang lain juga punya kesulitan yang sama, entah Muslim, Hindu, Kristen, mereka mau ibadah tapi tidak akses. Teman-teman mereka datang ke gereja tapi tidak tahu pastornya ngomong apa," ucapnya.
Frans mengaku setiap Misa hari Minggu pukul 11.00 WIB pihaknya selalu datang ke Gereja Katedral. Bahkan pihak gereja juga telah memberikan tempat khusus untuk mereka yang berkebutuhan khusus.
Tak hanya itu, kata dia, paguyuban yang beranggotakan kurang lebih 100 orang ini tidak semua tinggal di Ibu Kota. Bahkan di antaranya tinggal di kota-kota penyangga seperti Depok, Tangerang hingga Bekasi.
"Kalau sekarang yang aktif biasanya 30-40 orang setiap beribadah. Tapi mereka semangat nya sangat tinggi, saya salut," paparnya.
Sekarang Jadi Profesi
Frans mengaku saat ini penerjemah bahasa isyarat sudah mulai dijadikan sebagai ladang pekerjaan untuk sebagian orang, termasuk dirinya. Dia menyebut awalnya itu hanya untuk kegiatan peribadatan saja.
Namun, lanjut dia, saat ini untuk penerjemah bahasa isyarat sudah difungsikan untuk di kegiatan seminar hingga penerjemah acara di media.
"Semakin ke sini untuk seminar-seminar umum, di televisi saya juga jadi interpreter di beberapa televisi swasta," kata dia.
Kendati begitu, Frans mengaku belum banyak masyarakat terutama anak muda yang mau terlibat dalam bidang penerjemah bahasa isyarat. Apalagi untuk penerjemah di Gereja Katedral, dia mengaku hanya seorang diri.
"Harapan saya ada lebih banyak lagi terutama orang-orang muda yang mau terlibat juga di bidang saya. Melayani gereja melayani masyarakat melayani Tuhan itu caranya masing-masing," jelas Frans. (Uli)
0 Response to "[Pos baru] Inilah Frans Dwi, Sosok Penerjemah Bahasa Isyarat Di Gereja Katedral"
Post a Comment