Indolinear.com, Jakarta - Sejumlah serangan teror, penyergapan, atau insiden mematikan lain hingga kini masih terus terjadi di sejumlah negara. Banyak orang tak bersalah kehilangan nyawa karena tindakan tak berperasaan dari pelaku kejahatan yang terkadang tidak jelas motifnya.

Meski kematian memang tidak bisa dihindari mengingat serangan-serangan semacam itu dilakukan secara tiba-tiba, namun ada juga beberapa orang lain yang berhasil selamat karena aksi heroik dari orang-orang yang rela mempertaruhkan nyawa.

Tidak semua orang rela mati di tangan penjahat demi orang lain. Namun, beberapa orang ini mau mengambil resiko tersebut. Oleh sebab itu, mereka pun dijuluki pahlawan. Dilansir dari Merdeka.com (06/02/2019) telah merangkum orang-orang yang rela pertaruhkan nyawa demi orang lain, berikut ulasannya:

  1. Polisi Prancis yang gantikan sandera saat penyerangan di supermarket meninggal

Polisi Prancis yang menyelamatkan seorang sandera dalam serangan di sebuah supermarket dilaporkan telah meninggal dunia karena luka yang didapatnya. Arnaud Beltrame (45 tahun) mengambil risiko dengan cara menukar dirinya dengan sandera yang masih tersisa selama serangan di Trebes. Dia lalu ditembak oleh pelaku penyanderaan.

Meski akhirnya gugur, namun Beltrame sempat melakukan aksi heroik dan juga penyelamatan sebelum terluka parah karena ditembak. Selama rekannya bernegosiasi dengan pelaku dia menawarkan dirinya untuk disandera. Dia lalu mendorong petugas antiteror lain menyerbu supermarket dan menembak pelaku penyanderaan.

Telah diidentifikasi juga bahwa pelaku penyanderaan merupakan seorang simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bernama Redouane Lakdim.

Kematian Beltrame diumumkan oleh Menteri Dalam Negeri Gerard Collomb melalui akun Twitternya. Dia mengatakan bahwa negaranya tidak akan pernah melupakan sosok pahlawan yang berani berkorban bernama Beltrame.

"Dengan berat hati, saya menyampaikan bela sungkawa kepada orang-orang yang dia tinggalkan termasuk keluarga dan rekan-rekannya," tulis Collomb.

Ucapan serupa juga disampaikan oleh Presiden Prancus Emmanuel Macron. "Dia menyelamatkan nyawa orang lain dan membawa kebanggaan bagi rekan-rekan dan negaranya," kata Macron.

  1. Polisi Inggris adang pelaku teror masuk ke Gedung Parlemen Inggris hingga tewas tertusuk

Seorang polisi Inggris mengadang pelaku teror agar tidak bisa memasuki Gedung Parlemen Inggris dalam sebuah serangan terjadi pada Rabu 23 Maret tahun lalu. Dia pun akhirnya harus meregang nyawa karena ditusuk pisau.

Aksi heroik PC Keith Palmer menuai mengundang banyak pujian dari masyarakat. Bahkan untuk mengingat jasanya, Perdana Menteri Theresa May pun memberinya gelar pahlawan.

Palmer merupakan satu-satunya polisi yang tewas dalam aksi teror tersebut. Dia berusaha menghalangi pelaku masuk ke gedung parlemen yang saat itu sedang menggelar pertemuan.

Dari pengakuan seorang saksi mata, Palmer sempat bergelut sebelum akhirnya terkapar akibat luka tusukan yang dideritanya. Beberapa detik kemudian, pelaku tewas ditembak oleh rekan-rekan korban.

"Dia adalah pahlawan dan aksinya tidak akan pernah terlupakan," ujar PM May dalam pernyataan pertamanya setelah serangan teror di depan anggota parlemen.

Politikus dari Partai Konservatif ini menyatakan tidak takut menghadapi aksi-aksi teror yang terjadi di negaranya. Dia pun bersumpah akan terus memerangi terorisme di seluruh dunia.

"Kami tidak takut dan kita bertekad tidak akan pernah mengabaikan setiap aksi terorisme," tegasnya.

Pria berusia 48 tahun itu telah mengabdikan dirinya selama 15 tahun sebagai petugas kepolisian.

Dalam pidatonya, PM May menyatakan ancaman teror di Inggris tidak akan meningkat meski telah terjadi serangan di Westminster. Dia juga mengungkapkan pelaku adalah warga Inggris yang telah mendapatkan pengawasan penuh dari kepolisian dan dinas keamanan, pria itu pernah terkait aksi kekerasan ekstremisme.

"Nilai-nilai kita akan menang," tutupnya.

  1. Selamatkan siswa dari penembakan sekolah Florida, guru ini dijuluki pahlawan

Seorang guru rela kehilangan nyawanya demi menyelamatkan para siswa dari serangan tembakan di SMA Marjory Stoneman Douglas di Texas, Amerika Serikat pada Jumat 16 Februari lalu. Dia adalah guru geografi bernama Scott Beigel.

Pada saat suara tembakan mulai terdengar di seantero sekolah, Beigel tahu bahwa situasi sedang tidak aman. Dia pun berpikir dengan cepat untuk membawa murid-muridnya ke sebuah ruangan agar selamat dari pelaku yang menembakan pelurunya secara membabi buta.

Beigel membuka sebuah pintu kelas dan membiarkan para murid masuk ke dalam. Namun saat berniat menutup pintu kelas dan menguncinya kembali, Beigel terkena peluru hingga akhirnya tewas.

Banyak murid yang diselamatkan Beigel menyebutnya sebagai pahlawan karena keberanian yang dimilikinya. Guru tersebut telah mengorbankan hidupnya demi menyelamatkan nyawa orang lain.

"Pak Beigel adalah pahlawan saya dan dia akan selamanya menjadi pahlawan saya. Saya tidak akan pernah melakukan tindakan yang dia lakukan apabila saya jadi dia. Tetapi dia melakukannya," kata seorang siswa bernama Kelsey Friend sambil menangis tersedu-sedu.

"Jika keluarganya menonton ini, ketahuilah bahwa putra atau saudara laki-laki Anda adalah orang yang sangat luar biasa. Saya bisa hidup hari ini karena dia," lanjutnya.

Ucapan belasungkawa terus mengalir untuk Beigel di berbagai media sosial. Kebanyakan datang dari para siswa yang pernah atau sedang diajar olehnya dan juga dari sebuah organisasi perkemahan di mana Beigel pernah menjadi konselor di tempat tersebut.

"Pak Beigel adalah guru geografi saya saat kelas lima. Dia adalah pria yang cerdas dan memiliki hati yang besar. Dia selalu memperhatikan saya dan bahkan rela kehilangan nyawanya untuk menyelamatkan orang lain. Terima kasih, Pak Beigel," tulis seorang siswa bernama Aidan Minoff.

Sebagaimana diketahui, SMA Marjory Stoneman Douglas diserang oleh serangkaian tembakan. Pelaku penembakan rupanya merupakan mantan siswa di sekolah itu yang dikeluarkan karena kerap membuat onar. Dia bernama Nikolas Cruz (19 tahun). Tidak jelas motif apa yang mendorong Cruz melakukan aksi keji tersebut.

Sebanyak 17 orang tewas akibat serangan itu di mana 12 orang di antaranya tewas dalam sekolah sementara tiga orang lainnya meregang nyawa di luar sekolah.

  1. Kisah Bahadur, pahlawan Afghanistan yang rela mati demi taklukan bom Taliban

Bahadur Agha, polisi yang tergabung di barisan terdepan pasukan keamanan Afghanistan, dijuluki pahlawan atas keberaniannya. Pria 31 tahun itu telah menaklukkan bom aktif yang dikerahkan kelompok teroris Taliban.

Setiap bertugas, Bahadur menyisir semua wilayah di Provinsi Helmand yang kerap menjadi sasaran Taliban. Dia merayap di lokasi untuk menemukan ranjau darat dan alat peledak improvisasi (IED).

Ada ratusan IED yang pernah ditaklukkan Bahadur. Semuanya ditangani dengan tangan kosong dalam artian tanpa pelindung wajah, tubuh, atau sarung tangan. Bahadur tahu bahwa jika dirinya salah langkah maka nyawalah taruhannya. Namun dia menganggap itu sebagai konsekuensi tugasnya.

Bahadur menjadi perisai bagi warga sekitar. Dia juga telah menyelamatkan banyak nyawa karena keberaniannya tersebut. Meskipun dia akhirnya harus terluka sebanyak enam kali karena mencoba menaklukkan bom-bom tersebut.

"Saya telah terluka sebanyak enam kali. Jika sampai tujuh kali, maka mungkin saya akan tamat," katanya kepada wartawan Vice Ben Anderson pada bulan Oktober 2016 lalu.

Ironisnya, perkataan Bahadur justru menjadi kenyataan. Pada kali ketujuh dia mencoba menaklukkan bom Taliban tepatnya Desember tahun lalu, saat itu pula nyawanya melayang di tangan kelompok teroris tersebut.

"Taliban bukan saja meletakkan satu bahan peledak, tetapi dua. Ketika dia berhasil menonaktifkan yang pertama, ledakan dari bom kedua membawa Bahadur menjauh dari kami," kata saudara ipar Bahadur, Ahmad Shah Zaland.

Kerabat dan rekan Bahadur menggambarkan dia sebagai sosok yang patriotik dan terampil. Keberaniannya juga didorong oleh rasa kesedihan dan kebencian karena kematian anggota keluarga, termasuk ibunya di tangan kelompok Taliban.

Namun sayang, berita kematian Bahadur tidak diketahui secara luas mengingat situasi di Helmand yang masih dalam peperangan. Bahkan pemakamannya hanya dihadiri sekitar 15-20 orang saja. Meski demikian, Bahadur tetap dikenal sebagai pahlawan karena perjuangannya tersebut.

"Saat keadaan sulit, selalu Bahadur yang mengatasinya. Bahkan pemerintah pun tidak peduli dengan kehidupan kita," ungkap rekannya.

Anderson, wartawan Vice yang pernah mewawancarai Bahadur mengumumkan kematiannya lewat Twitter. Anderson juga menceritakan bagaimana dia melihat Bahadur mengabaikan peluru yang menembus tubuhnya dan merangkak di tanah mencoba menyingkirkan IED di tengah jalan untuk memberi ruang bagi tentara yang berlindung di kendaraan lapis baja di belakangnya.

"Kami semua ditembak tapi dia tidak peduli. Semua orang berlindung, tapi dia berdiri dan berjalan. Dia bilang dia tidak peduli jika dia hidup atau mati, dia hanya ingin membunuh Taliban dan itu terbukti benar," kata Anderson.

Sebagaimana diketahui, perang selama empat dekade yang berlangsung di Afghanistan telah menjadikan negara tersebut sebagai salah satu negara yang menyimpan bom paling banyak. Angka dari PBB bahkan menunjukkan bahwa bahan peledak itu telah merenggut 600 nyawa warga sipil tahun lalu di mana Bahadur merupakan salah satu di antaranya. (Uli)