Indolinear.com, Houston - Mewujudkan ambisi untuk mengirimkan manusia ke Mars sama sekali bukan perkara gampang. Kondisi planet merah sama sekali tak ramah bagi manusia Bumi. Lagipula, tak diketahui kapan para astronot bisa pulang.

Untuk memberikan perlindungan dari radiasi kosmis, mungkin diperlukan rekayasa genetik agar para awak perjalanan angkasa lebih kebal menghadapinya. Menjadi 'manusia super'.

Dikutip dari Liputan6.com (24/12/2018) laporan The Times menyebutkan bahwa NASA sedang mencari cara melakukan manipulasi DNA para astronot yang akan dikirim ke Mars.

Radiasi kosmis merupakan radiasi dengan energi tinggi dan terutama berasal dari luar sistem tata surya kita. Karena sifat alamiahnya tersebut, radiasi kosmis dapat menyebabkan sejumlah masalah, misalnya peningkatan risiko kanker dan kerusakan pada sistem pusat saraf manusia.

Douglas Terrier, Acting Chief Technologist di NASA, menjelaskan bahwa badan angkasa AS itu memang sedang mencari cara untuk mengurangi dampak radiasi.

Beberapa cara yang sudah dipakai adalah memberi perisai pada pesawat angkasa. Misalnya makalah riset NASA pada 1993 membahas "ruang badai" untuk melindungi para astronot.

Proposal-proposal lain misalnya tentang penggunaan air dalam dinding pesawat angkasa atau menciptakan medan magnet yang kuat untuk menepis radiasi yang menghujam. Manipulasi genetik merupakan gagasan baru.

Kata Terrier kepada The Times, "Kami mengupayakan beberapa cara. Mulai dari terapi obat-obatan yang kelihatannya menjanjikan hingga hal-hal yang lebih ekstrem seperti modifikasi hingga manipulasi genetik."

Ia mengakui adanya sejumlah konsekuensi etis terkait modifikasi dan manipulasi genetik, sehingga masih berkutat pada tahap awal eksperimen.

Belum Banyak Penelitian

Mencari sumber penelitian untuk itu tidak semudah yang dikira. Hanya ada segelintir dokumentasi NASA terkait penggunaan manipulasi gen untuk perlindungan terhadap sinar-sinar kosmis.

Laman iflscience.com sudah menanyakan informasi hal tersebut kepada NASA.

Di sisi lain, ada beberapa penelitian tentang DNA yang pernah dilakukan di ruang angkasa. Misalnya, tahun lalu astronot NASA bernama Kate Rubins untuk pertama kalinya berhasil mengurutkan DNA di angkasa luar.

Penelitian lain mengungkapkan bahwa blok-blok bangunan DNA dapat dibuat di ruang angkasa.

Perjalanan ke Mars membawa sejumlah risiko. Selain sinar-sinar kosmis, perjalanan ke sana rentan menghadapi badai-badai surya. Sebaliknya, keberagaman mikroba hanya sedikit.

Menimbang hal-hal tersebut, tentu saja NASA meneliti beberapa solusi potensial. Namun demikian, belum jelas jenis manipulasi gen yang akan dilakukan. Masih perlu waktu untuk mempertegasnya. (Uli)