Indolinear.com, Alor - Indonesia menyimpan kekayaan arkeologi yang luar biasa. Arkeolog dari Australian National University (ANU) menemukan mata pancing yang diklaim sebagai yang tertua di dunia. Penemuan itu ada di Pulau Alor, di sebelah barat laut Nusa Tenggara Timur.

Profesor Sue O'Connor dari School of Culture, History and Language in the ANU College of Asia and the Pacific menemukan lima mata pancing di makam seorang perempuan yang diduga berasal dari Zaman Pleistosen, 12.000 tahun lalu.

"Ini adalah mata kail tertua di dunia, berkaitan dengan praktik penguburan dan mungkin mengindikasikan bahwa peralatan memancing adalah benda penting bagi reinkarnasi kehidupan masyarakat Alor," ujarnya, seperti mengutip Ancient Origins, dilansir dari Liputan6.com (04/12/2018).

Penemuan itu, kata Profesor O'Connor, telah mengubah pandangannya tentang kegiatan memancing, yang mana biasanya banyak dilakukan oleh kaum Adam.

Selain itu, baik dalam kehidupan dan kematian, manusia zaman Pleistosen di Pulau Alor berhubungan erat dengan laut.

Sedangkan hubungan antara mata pancing dan penguburan menandakan status kosmologis memancing di pulau itu. Memancing bukan hanya sekedar mencari makan, melainkan memiliki sisi spiritual.

Sebelumnya, penemuan mata pancing tertua berasal dari 9.000 tahun lalu. Penemuan itu terjadi di sebuah sungai di Siberia, di pemakaman Ershi. Diduga penemuan tersebut berasal dari Zaman Mesolitikum.

Pada konteks maritim atau kelautan, pemakaman tertua berisi kerangka tubuh dan mata pancing pernah ditemukan di Oman. Di sana, ditemukan mata pancing berputar yang terbuat dari cangkang kerang mutiara. Diperkirakan benda itu berasal dari 6.000 tahun lalu.

Mata pancing tertua lainnya berasal dari 22.000 tahun lalu yang ditemukan di Jepang, Eropa, dan Timor Timur. Namun mata pancing ini tak berkaitan dengan situs pemakaman.

Pada temuan di Pulau Alor, ada dua macam mata pancing yang dikuburkan. Satu berbentuk huruf "J" dan empat mata pancing berputar -- berbentuk bundar -- yang terbuat dari cangkang siput laut.

Temuan mata pancing berputar dari era yang lebih tua mengindikasikan, masyarakat nelayan pada masa itu mengembangkan teknologi serupa secara terpisah, tidak mempelajarinya dari kelompok lain.

"Mata pancing di Alor memiliki kemiripan dengan mata pancing berputar yang digunakan di Jepang, Australia, Arabia, California, Cile, Meksiko, dan Oceania," ucap Profesor O'Connor.

Selanjutnya, penelitian dan penemuan Profesor O'Connor dipublikasikan di Cambridge University Press journal Antiquity.

Riset di Indonesia itu dibiayai dari Kathleen Fitzpatrick Australian Laureate Fellowship yang dikeluarkan Australian Research Council. (Uli)