Indolinear.com, Tangsel - Tempat Pembuangan Sampah Regional (TPSR) yang akan dibangun Provinsi Banten telah dinanti Kota Tangsel. Hal ini melihat eksisting Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong Kota Tangsel di tengah permukiman perlu segera dipindah.

Kabid Persampahan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangsel, Wisman Syah mengutarakan impian dan harapan terwujudnya TPSR segera dibangun. Pasalnya sudah beberapa tahun kebelakangan ini konsepnya sudah ada, hanya saja belum terdengar lagi, rencana pembangunan.

"Kami di wilayah, berharap semoga percepatan pembangunan dapat dilaksanakan sangat dibutuhkan Tempat Pembuangan Sampah Regional guna mengatasi persoalan sampah," katanya.

Masalah sampah, diyakin bukan saja menjadi persoalan di wilayah Tangsel namun di banyak kota pun mengalami hal yang sama. Tentunya, dalam hal ini Kota Tangsel siap bekerjasama dengan wilayah Tangerang Kota dan Kabupaten Tangerang untuk keberhasilan TPSR.

"Kami siap kerjasama dengan tiga wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang untuk bersinergi dalam penanganan sampah yang ada di kota masing-masing," tambah ia.

Melihat eksisting TPA Cipeucang yang berada tak jauh dari permukiman tentu tidak mampu diandalkan selamanya. Makanya dari Pemkot Tangsel mendorong supaya regional dapat didirikan agar mampu memberikan solusi jitu persoalan sampahan yang ada.

"Tidak mungkin mengandalkan lahan Cipeucang selamanya. Pertama memang lokasinya di antara permukiman, di sisi lain wilayah Tangsel tidak ada lagi lahan yang kosong dan cukup luas karena memang sudah menjadi kawasan perkotaan," sambungnya.

Wakil Walikota Tangsel, Benyamin Davnie juga menjelaskan sedang menanti realisasi pembangunan TPSR oleh Provinsi Banten. Mengapa, karena dengan melihat kondisi Cipeucang tidak mungkin lagi bertahan selamanya, dengan luas 6 hektar untuk menampung sampah perharinya mencapai 800 ton dari tujuh kecamatan dengan jumlah penduduk mencapai 1,5 juta jiwa.

"Sampah yang dihasilkan per hari di Tangsel mencapai delapan ratus ton, tentu ini tidak mungkin menggunakan lahan Cipeucang yang luasnya lebih kurang hanya enam hektar," tutur Benyamin.

Apalagi Cipeucang kondisinya dekat dengan permukiman perkotaan, tentu lambat laun semakin padat penduduk, mereka pasti tidak nyaman, meski sudah diupayakan bagaimana cara meredam bau sampah dengan berbagai cara seperti penanam pohon, pengolahan sampah dengan berbagai cara dan hal-hal lain.

"Ini belum menggunakan teknologi yang pasti harus ada solusi. Kendati demikian mengatasi persoalan sampah selama ini sudah diperbantukan melalui program bank sampah dan metode-metode lain seperti pengolahan daur ulang sampah, tapi belum mampu mengurangi secara signifikan," tambah ia.

Sempitnya lahan di Wilayah Tangsel menjadi satu persoalan, dengan luas 147 kilometer persegi dengan jumlah terus bertambah maka mau tidak mau harus mencari solusi mulai sekarang. Tentu perencanaan agar tidak menjadi persoalan dikemudian hari soal sampah adalah langkah yang tepat.

"Semakin tahun pertumbuhan penduduk semakin meningkat, sementara lahan Cipeucang hanya itu saja, kawasan permukiman semakin padat meski kebijakan untuk hunian komersil lebih ke pembangunan gedung vertikal, tapi paling tidak langkah mencari solusi sudah dilakukan jauh-jauh hari oleh Pemkot Tangsel," tuturya. (sophie)