Indolinear.com, Afganistan - Sayed Asadullah Poya adalah seorang guru biasa usia 28 tahun asal Afghanistan. Pria ini tidak pernah melakukan tindakan aneh-aneh dalam hidupnya. Namun gara-gara sebuah nama, Donald Trump, hidupnya jadi seperti neraka. Semua gara-gara dia menamai putra kecilnya seperti presiden Amerika Serikat tersebut.

Jamila, istri Sayed melahirkan anak lelaki mereka pada bulan Agustus 2016. Saat itu Donald Trump tengah berkampanye untuk menghadapi pemilihan presiden. Dilansir dari Merdeka.com (27/03/2018), Sayed cukup salut dengan sikap ambisius dan keahliannya dalam berbisnis. Selain itu, dia juga baru selesai membaca terjemahan buku karangan Trump yang berjudul Trump: How to Get Rich.

Ketika putranya lahir, Sayed mendapati sang anak memiliki rambut sedikit pirang. Dari sana terlintas di benaknya untuk menamai sang anak Donald Trump. Sebuah keputusan yang lantas membawa banyak masalah untuknya dan keluarga.

"Saya melakukan beberapa riset tentang dirinya dan hal itu memotivasi saya untuk memilih nama itu bagi putra saya," tuturnya dalam wawancara dengan AFP. "Saya menyukai kepribadiannya. Saya pikir dia benar-benar unggul dalam ekonomi dan hebat dalam politik. Pikir saya, 'Ini adalah lelaki yang hebat'. Saya suka caranya memutuskan bahwa dia menginginkan sesuatu dan bertindak untuk mewujudkannya."

Sudah bukan rahasia lagi jika sosok Donald Trump sangat kontroversial, bahkan di negaranya sendiri. Apalagi Afghanistan memang punya sejarah yang kurang menyenangkan dengan sang presiden. Karena itulah nama anak Sayed langsung mengundang kemarahan banyak orang.

Ayah Sayed marah besar karena cucunya diberi nama yang tidak Islami. Sementara imam di daerah tempat tinggalnya memberikan wejangan panjang lebar tentang bagaimana nama tersebut merupakan sebuah hinaan bagi kepercayaan yang mereka anut.

Awalnya Sayed, Jamila, dan Trump cilik tinggal bersama keluarga Sayed di Provinsi Daykundi, Afghanistan tengah. Tetapi nama si anak selalu membuat sang kakek naik darah, sehingga Sayed pun memutuskan untuk memboyong keluarganya ke Kabul.

"Setiap hari situasinya bertambah parah saja...Setiap hari di rumah, ketika saya memanggil anak saya Trump, ayah semakin naik darah, sampai akhirnya dia tidak tahan lagi."

Setelah pindah ke Kabul, situasi tak lantas membaik. Sejumlah warga sempat protes kepada pemilik kontrakan untuk mengusir keluarga Sayed karena memberi anak mereka nama 'kafir'.

Bahkan di dunia maya pun keluarga Sayed tak lepas dari teror dan ancaman. Akun Facebook-nya banjir kritik pedas dan ancaman. Bahkan ada yang mengancam sudah mengirim orang untuk membunuh keluarga Sayed karena 'dosa-dosa' mereka. Sementara yang lain menuduh Sayed mencoba mencari muka agar bisa diberi suaka di Amerika Serikat. Tuduhan yang terakhir dibantah keras oleh Sayed.

Sayed menamai anaknya Donald Trump semata-mata karena ingin kesuksesan sang jutawan dan politisi menular kepada anaknya. Meskipun dia merasa khawatir dengan keselamatan sang anak, Sayed bertekad untuk mempertahankan nama itu. "Nama hanyalah sebuah nama," katanya. "Tetapi saat itulah keputusan saya dan saya memutuskan namanya Trump."

"Bisa saja...nanti dia akan dilecehkan atau dipukuli oleh teman-teman sekelasnya," kata Sayed. "Saya tidak akan mempertimbangkannya lagi. Persetan dengan orang-orang itu."

Donald Trump sendiri kecil belum memahami masalah yang ditimbulkan namanya. Usianya saja baru setahun lebih. Bocah ganteng ini masih asyik menikmati dunia kanak-kanaknya dengan antuasiasme lugu. Semoga saja dia tidak akan mendapat banyak masalah di kemudian hari gara-gara namanya yang nyeleneh itu. (Uli)