Indolinear.com, Tangsel - Wacara penerapan nontunai penarikan retribusi pasar dinilai satu hal positif, di samping mecegah kebocoran juga memaksimalkan pemasukan ke daerah. Wacana ini bakal diterapkan untuk Pasar Jengkol, Kecamatan Setu.
Salah satunya dari Peneliti Pusat Studi Desentralisasi dan Otonomi Daerah (PSDOD) STIE Ahmad Dahlan Pitri Yandri menegaskan gagasan Pemkot Tangsel menerapkan konsep non tunai penarikan retribusi satu keniscayaan yang dinilai cukup berilian. Dan memang sebuah keharusan untuk merubah pola lama menjadi baru sesuai dengan moderniasi perkembangan zaman saat ini.
"Setuju justru itu upaya modernisasi tata kelola pemungutan retribusi karena yang selama ini dilakukan oleh petugas pemungut. Dengan tata kelola itu yang tadinya dipungut oleh petugas kini tak lagi ada," katanya.
Mengapa perlu dilakukan seolah menjadi keharussan sebab dapat dipastikan jaminan tak lagi ada kebocoran yang bisa saja selama ini selalu bocor, tidak seutuhnya masuk ke khas daerah atau memang ada oknum menarik iuran setiap bulan secara ilegal. Ini bisa saja terjadi tapi melalui non tunai keuangan yang masuk dapat tercatat secara jelas.
"Proses nontunai tercatat karena tidak dibohongi ini berbicara tentang akuntabilitas. Tangsel harus seperti itu karena selogan kota kota cerdas dalam pola kerja pun harus cerdas," tambah ia.
Pemkot Tangsel pun harus mulai membaca bagaimana nanti pedagang tak repot dan kesulitan melakukan transaksi nontunai. Pola pedagang setiap hari berjualan, dan belanja tentu tikda ada waktu untuk pergi ke ATM. Hal ini dapat disiasati dengan berbagai cara intinya bagaimana retribusi bisa tersalurkan secara tepat.
"Ini perlu menjadi bahan diskusi yang lain agar bekerja ekstra keras supaya pedagang bisa memahami dan menerapkan. Meski perjalanan ada tambal sulam sifatnya merevolusi tata kelola. Kalau ini diterpakan berhasil dalam tiga tahun kedepan bukan tidak mungkin daerah-daerah lain akan mencontoh," tuturnya.
Memang harus dimulai dari sekarang, sebab dalam hitungan normal, satu program tidak akan langsung berjalan lancar. Butuh proses dan waktu lama setahun boleh jadi dua tahun. Apabila dimulainya nanti, maka akan lebih lama lagi realisasi sesuai yang diharapkan membutuhkan proses untuk belajar lagi.
"Menurut saya sitim ini diterapkan tidak langsung efektif untuk bisa berjalan manis dalam implementasi. Bahkan satu tahun kedepan masih acak-acakan dan itu wajar dan pemerintah harus melakukan evaluasi agar lebih ajeg dan sebagainya," beber Pitri.
Kepala Bank BJB Cabang BSD, Edy Kurniawan Saputra jika memang wacana penarikan retribusi non tunai lalu pemkot mempercayakan kepada BJB tentu akan bekerja keras untuk memberikan kerjasama semaksimal mungkin.
"Kalau saya dipercaya oleh Pemkot Isnya Allah kita bantu karena di DKI sudah berjalan. Karena banyak kebocoran dengan non tunai akan zero. Sampai saat ini belum ada kabar atau wacana tetang itu. Kalau saya dipercaya saya siap membantu," tuturnya bersemangat.
Sebelumnya Pelaksana harian, Unit Pelaksana Tugas (UPT) Pasar Budi Uripto pernah menyampaikan ada wacana, Pasar Jengkol sebagai kawasan percontohan dalam hal penyaluran retribusi melalui non tunai. Jika ini berhasil seluruh pasar tidak lagi menggunakan tiket retribusi. Dengan non tuni dapat menekan potensi kebocoran dan mempersempit pihak-pihak lain yang berbuat nakal nanti tak ada lagi petugas yang keliling menarik retribusi.
"Pasar Jengkol menjadi percontohan karena di Solo sudah menerapkan retribusi pedagang pasar via transfer per bulan. Jika Pasar Jengkol berhasil pasar-pasar lain akan diterpakan seperti itu. sekemanya dihitung antara kebersihan, keamanan, parkir, listrik dan sewa lapak. Total berapa dalam satu bulan itulah yang dibayarkan," jelas Budi. (sophie)
0 Response to "[Pos baru] Retribusi Pasar Nontunai Kurangi Potensi Kebocoran"
Post a Comment