Indolinear.com, Beijing - Dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat (AS) dan China, disebut tengah bersaing ketat membangun teknologi kecerdasan buatan (AI). Belum terlihat siapa yang menang dan siapa yang kalah, namun China disebut telah melangkah lebih jauh dalam pendistribusian teknologi tersebut ke tangan konsumen.
Dikutip dari Liputan6.com (25/01/2019), Dewan Negara China pada Juli 2017 lalu telah menggolkan rencana pengembangan teknologi kecerdasan buatan menjadi sebuah industri senilai lebih dari Rp 2 triliun dalam beberapa tahun ke depan.
Rencana tersebut merupakan bentuk perwujudan ambisi China untuk menjadi pusat inovasi kecerdasan buatan pada 2030 mendatang.
"China kemungkinan besar unggul di distribusi kecerdasan buatan pada konsumen akhir, sedangkan AS cenderung menjadikan teknologi ini sebagai upaya meluaskan penerapan sistem berkendara otomatis," ujar Daniel Tu, presiden dan kepala pengembangan produk Gen.Life, sebuah startup yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisa risiko dan peningkatan kapitalisasi asuransi.
Sementara itu di AS, beberapa akademisi, seperti salah satunya Presiden MIT, L. Rafael Reif, menyerukan adanya upaya kolektif dari pemerintah, berbagai perusahaan terkait, dan masyarakat untuk serius mengembangkan teknologi yang diramalkan akan mendominasi pekerjaan modern di masa depan itu.
Di AS, pengembangan kecerdasan buatan masih kerap ditunggangi ego individu, entah itu oleh institusi pendidikan atau perusahaan teknologi. Meskipun pemerintah AS sejatinya telah menaruh perhatian akan hal ini, namun belum terlihat aksi nyata untuk menjadikannya bagian dari pembangunan strategis bangsa.
"Itulah mengapa, sementara ini, penggunaan teknologi kecerdasan buatan cenderung massif di China dibandingkan di AS," ujar Tu
"Tapi, sekali lagi, ini masih terlalu dini untuk menilai secara penuh." (Uli)
0 Response to "[Pos baru] Benarkah China Kalahkan AS dalam Pemanfaatan Kecerdasan Buatan"
Post a Comment