Indolinear.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Berkarya Priyo Budi Santoso mendorong agar debat capres putaran kedua diselenggarakan lebih terbuka dan tidak kaku. Priyo mengusulkan agar debat capres putaran kedua nanti diselenggarakan dengan format 'tarung bebas'.

"Kalau diperlukan, kami menawarkan format debat free fight, tarung bebas, di antara pihak-pihak, karena debat kedua ini head to head antara Pak Prabowo dan Pak Jokowi, calon presiden pemimpin republik ini," kata Priyo dalam keterangan tertulis, dilansir dari Detik.com (30/01/2019).

Hal tersebut disampaikannya dalam acara Koalisi Berbicara 'Cuma Janji atau Indonesia Menang' di Prabowo-Sandi Media Center, Jalan Sriwijaya I, Jakarta Selatan.

Menurut Priyo, dalam debat berformat tarung bebas ini, setiap paslon diperkenankan menyampaikan visi-misi besarnya dalam memimpin Indonesia lima tahun ke depan.

"Kami memimpikan beliau bisa mengeksplorasi tekad-tekad dan mimpi-mimpi besar. Ayo, tarung bebas, free fight, tetapi tetap dalam koridor yang disetujui oleh kedua belah pihak," imbuhnya.

Ia pun menjelaskan format debat seperti di atas diperlukan untuk menjawab keraguan masyarakat yang menyaksikan calon pemimpinnya membawa banyak kertas sontekan saat debat perdana capres.

"Ini debat pemimpin besar negeri yang begitu majemuk, dengan berbagai warna suku. Tidak enak kita melihat, kemudian tertangkap kamera, calon pemimpin negara ini menjawab hanya membaca sontekan," sindirnya.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Faldo Maldini mendorong agar debat capres digelar di ruang-ruang akademis dan ruang-ruang publik. Hal itu perlu dilakukan agar visi-misi yang disampaikan paslon bisa lebih membumi.

"Kita ingin melihat mereka (paslon) itu semakin sering diuji. Kalau di kampus bisa diuji gagasan akademisnya, atau di pangkalan ojek, bisa diuji pemimpin ini bukan hanya gimik," kata Faldo. (Uli)