Indolinear.com, Jakarta - VP Public Policy and Communication WhatsApp, Victoria Grand, mengatakan, WhatsApp dapat mengidentifikasi perilaku penggunanya yang dianggap abnormal saat mengirim pesan. Sebab, mereka telah menerapkan teknologi machine learning untuk bisa membaca perilaku para pengguna.

Namun, untuk mengetahui isi pesan, tidak bisa. Karena WhatsApp didesain end-to-end encryption. Ini merupakan sebuah fitur untuk membuat komunikasi antar pengguna jadi aman, tak bisa diakses pihak lain, termasuk oleh mereka sendiri.

Perilaku abnormal dalam hal ini adalah pengguna yang senang dengan meneruskan dan menyebarkan pesan berantai ke berbagai nomor.

Dari sisi teknis, kata Victoria, terdapat ratusan engineer WhatsApp bertugas melakukan identifikasi perilaku penggunanya di seluruh dunia. Dari identifikasi itu, pihaknya dapat dengan mudah mendeteksi apakah ada robot yang menjalankan chat atau tidak.

Bila terbukti seperti, WhatsApp dapat menghapus akun tersebut. Seperti contohnya di Brasil. Sebanyak 400 ribu akun terdeteksi mengirim broadcast message berupa spam. Lantas, bagaimana di Indonesia?

Sayangnya, Victoria tidak menyebut, berapa banyak akun WhatsApp orang Indonesia yang sudah dihapus oleh pihaknya.

"Kami belum bisa publikasikan karena masih terlalu awal. Namun di Brasil kami menghapus 400 ribu akun dalam waktu 90 hari sebelum pemilu dilakukan," katanya, dilansir dari Merdeka.com (30/01/2019).

Apalagi di tahun ini, Indonesia akan melakukan Pemilu. Terutama Pemilihan Presiden dan wakil presiden yang akan berlangsung pada April 2019 mendatang. Selain itu juga, per hari ini, Senin (21/1), WhatsApp mulai memberlakukan pembatasan forward messages hanya 5 kali. Pemberlakuan ini serentak dilakukan di seluruh dunia. (Uli)