Indolinear.com, Bekasi – Dua bulan terakhir, 200 kasus DBD mendera Kabupaten Bekasi. Dua bulan terhitung sejak Januari hingga Februari 2016, sedikitnya tujuh warga meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk tersebut.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, rata-rata dalam sehari ada tiga sampai empat kasus demam berdarah dengan satu korban meninggal dunia.

Menurut Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin, tingginya kasus demam berdarah disebabkan karena minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Kondisi itu diperparah dengan cuaca yang tak menentu setiap harinya.

"Penanggulangan selalu dilakukan, kemudian sarana kesehatan pun dibuka gratis tanpa pungutan biaya. Hanya faktor kesadarannya yang memang perlu ditingkatkan," katanya, Jumat (4/3/2016).

Dari berbagai faktor penyebab demam berdarah, kata Neneng, kondisi lingkungan sangat berperan untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut. Pasalnya, nyamuk demam berdarah cepat berkembang biak pada kondisi lembab dan banyak genangan air.

"Jadi lebih menekan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya supaya bersih," ujarnya.

Sementara itu, Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainiarti, mengatakan kalau jumlah kasus demam berdarah di tahun ini lebih tinggi ketimbang tahun sebelumnya yang berjumlah 150 kasus dan tanpa korban jiwa. Namun demikian, ia menganggap kalau kasus demam berdarah saat ini belum tergolong mengkhawatirkan.

"Memang ada peningkatan tapi belum bisa dikategorikan parah. Sampai saat ini kami masih terus melakukan penanggulangan," katanya.

Sejak Januari hingga Februari 2016, sudah ada tujuh warga yang meninggal dunia karena demam berdarah. Kebanyakan warga yang meninggal berada di lokasi yang sering digenangi air ketika banjir, seperti di Cibitung, Cikarang Barat, dan Setu.(fin)

Sumber : Pojokjabar.com