Tempat sampah jadi barang yang teramat langka di Jalan Raya Ciater, Serpong, Kota Tangsel. Tidak percaya? Melintaslah. Setidaknya hingga hari Minggu (6/3/2016) tidak terlihat adanya bak penampungan sampah di ruas jalan sepanjang 2 km itu.

Betul dan tidak bisa dibohongi. Jalan Raya Ciater saat ini sudah sangat Geulis (meminjam bahasa Sunda mengartikan perempuan berparas ayu, red). Trotoar beralaskan keramik, aspalnya mulus, penerangan jalan umumnya canggih, pepohonan membuat sejuk dan enak dipandang. Tidak seperti dua tahun silam, yang jauh dari kesan modern. Tapi, ada satu yang masih jadi masalah yang mengganggu warga di Jalan Raya Ciater dan masih seperti dua tahun silam. Tempat sampahnya dimana?

Dulu, warga di Jalan Raya Ciater masih punya strategi untuk menghancurkan sampah-sampah rumah tangga. Caranya sederhana, cukup di bakar. Meski kepulan asap pekat terpaksa memedihkan mata dan menyesakkan nafas. Tapi, saat ini sulit sekali untuk membakar sampah di pinggiran Jalan Raya Ciater. Maklum, warganya sudah mulai berfikir modern. Membakar sampah itu sama saja merusak lingkungan karena asap yang dihasilkan sangat berbahaya. Ditambah lagi, pekarangan warga di kawasan Jalan Raya Ciater sudah hampir tidak ada. Mayoritas, bangunan di sepanjang Jalan Raya Ciater sudah menjadi kios dan Ruko, pasca pelebaran.

Karena kepusingan atas sampah, banyak warga yang bertanya-tanya. Apakah ini faktor kesengajaan? Atau meminjam istilah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama, soal banjir beberapa waktu lalu. Ada SABOTASE! Kok berfikiran seperti itu?

Sepertinya logis kalau warga berfikiran ketiadaan  bak sampah ini faktor kesengajaan. Bagaimana tidak, Jalan Raya Ciater sudah Geulis namun hingga saat ini tidak ada dibuat bak sampah atau bak ambrol. Lebih aneh, terkadang mobil pengangkut sampah milik Pemkot Tangsel lalu lalang di Jalan Raya Ciater, dan tidak ada satupun armada tersebut yang berhenti untuk mengangkut sampah. Padahal, warga menunggu kabar atau selebaran resmi  berisi bakal ada penjemputan sampah yang ruitn dilakukan. Sempat warga mendapat selebaran. Namun isinya, larangan mendirikan bangunan atau menempatkan barang bentuk apapun di sepanjang trotoar Jalan Raya Ciater. Selebaran itu datag dari Satpol PP Kota Tangsel. Selebaran yang jauh dari harapan warga, soal adanya pengumuman soal jadwal pengangkutan sampah atau pengadaan bak sampah.

Mengatasi sampah yang menggunung, warga memang punya beberapa strategi. Namun, cenderung cukup mahal dan memberatkan. Contohnya yang dilakukan Elvis Gultom. Pria ini akhirnya harus rela merogoh kocek Rp100 ribu perbulannya. Dana itu dikeluarkannya untuk membayar jasa warga lain, yang bersedia mengangkut sampahnya dari rumah. Hal itu dilakukannya, agar sampah rumah tangga dikediamannya tidak lama mengendap dan menimbulkan bau tak sedap.

Idealnya kan sampah itu tanggung jawab pemerintah. Kalaupun harus bayar, ga apalah selama memang resmi dan petugasnya ada yang angkut sampah. Bayar selama terjangkau ga masalah," ujarnya.

Keluhan soal ketiadaan bak sampah pun tidak datang dari warga yang tinggal tepat di Jalan Raya Ciater. Warga di kawasan Rawa Mekar Jaya, yang pemukimannya dibelah Jalan Raya Ciater pun mengaku sudah kesulitan berurusan dengan sampah. Itu terjadi lagi-lagi karena ketiadaan bak besar penampungan sampah yang disediakan dan juga petugas yang rutin datang menjemput sampah ke perkampungan warga. Untuk warga di kawasan perkampungan di sisi kiri dan kanan Jalan Raya Ciater, akhirnya memilih tetap membakar sampah di lahan-lahan kosong. Ada juga yang membawa sampah itu ke kawasan BSD, untuk di buang ke bak ambrol.

"Kami juga butuh saluran air. Bingung mau buang air bekas cuci dan mandi ke mana. Lubang penampungan di dalam tanah yang kami buat terkadang kerap penuh," tambah  Saut Raja, warga di RT 02/03 Rawa Mekar Jaya soal kebutuhan fundamental warga yang diharap dapat disediakan pemerintah Kota Tangsel.

Itulah sekelumit keluhan warga di kawasan Rawa Mekar Jaya, di sepanjang Jalan Raya Ciater. Tidak percaya? Silahkan pejabat dari berbagai dinas terkait untuk melakukan pengecekan. Tenang saja, warga Rawa Mekar Jaya setahu penulis, tidak ada yang bersifat dan mengedepankan sifat anarkis. Selama untuk perbaikan sarana dan prasarana, senyum dan keramahan selalu terpancar dari wajah-wajah warga Rawa Mekar Jaya. Harapannya sederhana, agar masalah-masalah yang mendera warga dapat langsung  teratasi.

Buat Bu Wali kota Tangsel, Airin Rachmi Diany, sekali lagi terima kasih Jalan Raya Ciater sudah dibuat Geulis. Kami tinggal menunggu bak sampah dan petugas pengangkut sampah yang rutin datang untuk menjadikan kawasan kami lebih bersih lagi.

 

Penulis.

Pimred http://www.indolinear.com