indolinear.com, Yogyakarta - Yogyakarta punya banyak festival budaya unik yang sayang untuk dilewatkan. Grebeg Syawal dan Grebeg Maulud adalah dua di antaranya. Selalu penuh wisatawan!

Setiap tahun, ada 3 grebeg yang berlangsung di Yogyakarta. Yang pertama adalah Grebeg Syawal yang berlangsung setiap Idul Fitri. Yang kedua adalah Grebeg Maulud yang dilaksanakan pada Maulid Nabi. Sedangkan yang terakhir adalah Grebeg Besar, yang dilangsungkan tiap Idul Adha.

Dari ketiganya, Grebeg Syawal dan Grebeg Maulud menjadi favorit wisatawan. Keduanya terkenal oleh gunungan hasil bumi yang diarak ke luar Keraton, kemudian diperebutkan oleh warga. Menurut catatan sejarah, Grebeg pertama kali diperkenalkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I yang dulu keluar istana untuk membagikan gunungan kepada rakyatnya. Tradisi tersebut kemudian berlangsung turun-temurun sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT.

Grebeg Syawal dilaksanakan usai salat Ied di Alun-alun Utara Keraton. Ada tujuh buah gunungan yang merupakan wujud persembahan Raja Kraton Ngayogyakarto kepada masyarakat. Ketujuh buah gunungan itu terbuat dari aneka macam sayuran seperti cabe, kacang panjang, beras, telur, dan hasil bumi lainnya.

Ketujuh buah gunungan itu diperebutkan di tiga tempat. Sebanyak lima gunungan diperebutkan di halaman Masjid Besar Kauman Yogyakarta. Satu buah gunungan dibawa menuju Kadipaten Puro Pakualaman. Satu gunungan lagi dibawa menuju kompleks Kantor Gubernur DIY di Kepatihan.

Nah, arak-arakan itulah yang menarik perhatian masyarakat dan wisatawan. Setibanya di halaman masjid, Gunungan Lanang didoakan penghulu masjid untuk kesejahteraan rakyat dan keraton. Dengan demikan, Gunungan Lanang ini dipercaya membawa keberuntungan dan keberkahan bagi siapa saja yang berhasil mendapatkannya.

Bagian utama dari Upacara Grebeg Syawal adalah pelepasan Gunungan Lanang yang selanjutnya diperebutkan oleh rakyat. Ketika rakyat sedang berusaha memperebutkan Gunungan Lanang, pihak Keraton menggelar Upacara Ngabekten Sungkeman Abdi Dalem Kakung. Tradisi ini sama seperti tradisi sungkeman pada umumnya, tetapi yang dilibatkan adalah kerabat keraton, Bupati, dan Walikota di Provinsi DIY untuk sungkem kepada Sri Sultan Hamengkubuwono.

Serupa tapi tak sama, ada Grebeg Maulud yang dilaksanakan setiap Maulid Nabi. Tradisi ini sudah dirayakan sejak masa Wali Songo menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa.

Grebeg Maulud dimulai dari area Keraton. Para abdi dalem mengarak gunungan dari dalam Keraton, berkeliling melintasi sekitar Titik 0 Kilometer Yogya, kemudian kembali ke Masjid Gede Kauman. Gunungan itu berisi buah-buahan, sayur-mayur, padi, dan hasil alam lainnya. Usai diarak, warga berebut hasil bumi di gunungan tersebut.

Bicara soal Grebeg Maulud, pasti tak lepas dari pasar Sekaten. Pasar rakyat Sekaten biasanya dibuka selama 1 minggu di Alun-alun Utara Kota Yogya. Layaknya pasar rakyat, traveler bisa berburu aneka barang dan makanan. Ada pula komidi putar, sampai atraksi tong setan yang bikin deg-degan!

Tak heran, Grebeg Syawal dan Grebeg Maulud menjadi bucket list para fotografer yang berkunjung ke Yogya. Festival unik ini juga menarik banyak turis asing!

Sumber : detik.com