Indolinear.com - Mobil otomatis sudah dikembangkan dan membawa banyak sekali solusi bagi permasalahan lalu lintas. Mobil otomatis diharapkan mengurangi angka kematian akibat kecelakaan, mengurangi kemacetan, dan parkir sembarangan. Namun studi terbaru mengkritisi perkembangan mobil tanpa pengemudi ini.

Sebuah studi mengemukakan bahwa dampak mobil otomatis ini membawa masalah yang makin kompleks di masa depan. Meski tak bisa dipungkiri kalau mobil otomatis adalah solusi bagi pemborosan energi, faktor perilaku masyarakat bisa membuat hal itu tak berarti. Karena, diprediksi bahwa tren mobil otomatis akan meledak.

Penelitian ini dipublikasikan di Transportation Research Part A yang dilakukan oleh gabungan dari University of Leeds, University of Washington, dan Oak Ridge National Laboratory.

Menurut kepala penelitian, Zia Wadud, seorang Profesor dari University of Leeds, fungsi dari mobil otomatis tak hanya jadi kendaraan konvensional, namun juga bisa dijadikan tempat beristirahat, tempat bekerja, bahkan jadi tempat rapat. Dengan ini, fungsi mobil sudah sangat jauh bergeser, dan bahkan akan membawa demografis baru pengguna, lebih dari pengguna mobil konvensional.

Lebih jauh lagi, orang-orang tua dan penyandang disabilitas, yang sebelumnya punya demografis kecil sebagai pengguna mobil, akan membeli mobil otomatis. Pada akhirnya, teknologi ini makin membawa banyak mobil di jalanan.

Sejauh ini belum ada solusi untuk hal ini. Penetrasi pasar pun juga akan membuat semua orang makin tertarik untuk memiliki.

Satu-satunya solusi adalah sebuah fakta bahwa Google tidak mau memberi setir kemudi untuk mobil otomatisnya. Bagi masyarakat konvensional yang tidak mau mobilnya dikemudikan oleh 'software,' mereka tak akan tertarik dengan mobil otomatis.(uli)

 

Sumber: Merdeka.com